PRATIKUM
1
A. JUDUL
:
Imitasi
Perbandingan Genetis
B. TUJUAN
1. Mendapatkan
gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawah oleh gamet-gamet akan bertemu
secara acak
2. Melakukan
pengujian X2 untuk mengetahui apakah hasil yang didapat biasa dianggap baik
atau tidak
C. DASAR
TEORI
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima
kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan
berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum
sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat
biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman
kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki
mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh
serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara
alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih
mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan
benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati
karakteristik (sifat) keturunannya.
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri.
Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat
dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk
setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga
mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat
(trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam
makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau
parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1
(F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh
dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi
berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan
juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross).
Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh
tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi
F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali.
Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut
ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh
percobaan monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan
yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya,
Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang
kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk
masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor
berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam
penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan
identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali
secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I,
yaitu hukum segregasi. Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 :
1, terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan
jantan dari tanaman F1. Bukti-bukti Mendel untuk menjelaskan teori partikulat
mengenai pewarisan: (a) Persilangan tanaman tinggi dan pendek; (b) Pada
generasi F1 semua keturunan (zuriat) berbatang tinggi; (c) Pada generasi F2 26%
berbatang pendek dan 74% berbatang tinggi.
Miosis dan Hukum Segregasi Mendel
Hukum
segregasi Mendel mengikuti proses miosis.
a. Individu heterozigot untuk alel
tinggi (T) dan alel pendek (t).
b. Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I
dan II menghasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk
gen tinggi tanaman , baik T atau t, maka alel T dan t bersegregai bebas satu
sama lain.
c. Selama fertilisasi alel bergabung
secara acak.
Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan
rasio fenotipe : 3 tinggi : 1 pendek.
Uji Statistik Dalam Percobaan Persilangan
Untuk
dapat menentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan
teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan
nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya
penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam
percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati
terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X2
hitung = Ë (oi-Ei)2
Ei
Keterangan:
Oi = nilai pengamatan
fenotipe ke -i,
Ei = nilai harapan fenotipe
ke -i
Keputusan pengujian didapatkan dengan cara membandingkan
terhadap X2 d.b. (X2tabel) sebagai berikut:
Bila X2 hitung X2 tabel : maka
diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan,
atau hipotesis diterima. Sebaliknya jika X2 hitung X2tabel
: maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Pada manusia diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan
terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria berambut keriting
heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting heterozigot. Apabila
mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya berambut lurus? Dengan
hokum Mendel dapat dihitung bahwa kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai
tiga anak dan semuanya berambut lurus, apakah ini berarti anak itu adalah hasil
dari luar pernikahan? Tentu saja tidak, karna hukum Mendel hanya memberikan
proporsi gen saja tetapi tidak menentukan alel apa yang terdapat dalam sel
telur atau sel sperma yang kemudian menjadi keturunan tersebut di atas.Apakah
hasil dari percobaan diatas mengungkapkan bahwa hukum Mendel tidak tepat? Tentu
tidak karna jumlah keturunan manusia tidak terlalu banyak, sehingga faktor
kebetulan dapat memegang peranan yang sangat penting.
Hasil tersebut diatas akan sangan berlainan apabila kita
mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip seperi contoh diatas
sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang berambut lurus terhadap
anak-anak yang berambut keriting dari keseratus pasangan sekaligus.Misalnya
kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4 orang, dan ditemukan 95 orang
anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5 orang berambut lurus sudah
membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat? Dalam hal ini analisis
statistikmerupaka salah satu alat yang tepat untuk menjawab permasalahan ini.
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat
betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa
banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli
statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal
penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae.
Peluang menyangut derajat kepastian apakah suatu kejadian
terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi
gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1
jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan
dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini
dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Keterangan
:
X2
= Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai
harapan
∑ = Sigma (
Jumlah dari nilai-nilai)
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan
menghasilkan keturunan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Unjuk menguji hal
ini digunakan tes X2 atau disebut juga dengan Chi square.
Awalnya tes ini dinamakan test phi ( Æ’ ).Untuk memudahkan mengingatnya
dikatakan test X.
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah
yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Pengunaan
teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil
tertentu dari persilangan tersebut.
Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk
membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan denganh
hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini
seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji
hipotesis itu.
Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing
yaitu peristiwa yang tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu
peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa lain.
Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh
benar mingimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra betul.Perbandingan
yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel
secara bebas.
D. ALAT
DAN BAHAN
a. Kancing
genetika
b. Kantong
sebaiknya dari kain supaya tidak mudah robek, dan isinya tidak dapat terlihat
dari luar.
E. PROSEDUR
KERJA
Percobaan I :
1.
Ada dominansi penuh
1.1 Mempersiapkan
2 buah kantong yang masing-masing akan diisi dengan 6 kancing berwarna merah
dan 6 kancing berwarna putih pada setiap kantongnya. Kantong itu diumpamakan
alat kelamin, sedang kancing diumpamakan sebagai gamet-gamet. Kancing merah
adalah gamet yang mempunyai gen dominan R, sebaliknya kantong putih mempunyai
gen resesif r.
1.2 Mengambil
satu kancing dari kantong kiri dengan tangan kiri. Pada waktu yang bersamaan
mengambil satu kancing dari kantong kanan dengan menggunakan tangan kanan.
Tindakan itu dilakukan tanpa menengok kedalam kantong.
1.3 Membuat
catatan dikertas buram tentang hasil pengambilan kancing. Pertemuan dari
kancing di kedua belah tangan anda itu merupakan zigot. Ada tiga kemungkinan
yang anda hadapi, yaitu :
Mendapatkan dua kancing
merah, yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotif RR, dan fenotif nya merah
Mendapatkan satu
kancing merah dan satu kancing putih, berarti bahwa zigotnya heterezigotik Rr,
dan fenotifnya merah.
Mendapatkan dua kancing
putih, yang berarti bahwa zigotnya homozigot resesif rr, dan fenotifnya putih
Setelah mencatat hasilnya, mengembalikan
kancing-kancing itu ke dalam kantong asalnya.
1.4.Mengulangi
percobaan itu sampai sepuluh kali dengan mengkocok kantong tersebutterlebih
dahulu setiap kali sebelum mengambil kancing, supaya kancing-kancing yang
berada di dalam kantong itu bercampur. Mencatat hasil yang diperoleh setiap
kali.
1.5 Membuat
table dari hasil percobaan anda slama sepuluh kali
1.6 Setelah
selesai dengan sepuluh kali percobaan, maka masing-masing praktikan melapor kepada
asisten, yang akan menulis hasil yang telah diperoleh semua praktikan di papan
tulis
1.7 Melakukan
pengujian X2 terhadap hasil
perorangan maupun hasil kelas
2. Dominasi
tidak penuh
2.1 Dua
macam percobaan tadi dilakukan tetapi ingat adanya kemungkinan sifat
intermedier, sehingga bila didapatkan satu kancing merah dan satu kancing
putih. Maka zigotnya heterozigot Rr dan fenotifnya intermedier merah jambu.
2.2 Membuat
table hasil perorangan
2.3 Membuat
hasil kelas
Menulis hasil kedua percobaan itu kedalam
buku laporan praktikum beserta hasil pengujiannya lewat tes X2.
Percobaan II :
1. Ada Dominansi penuh
1.1 Setiap orang
praktikan menerima dua buah kantong masing-masing berisi enam belas kancing
genetika yang terdiri dari
4 Merah – Biru ( RB )
4 Merah – Abu-abu ( Rb )
4 Putih – Biru ( rB )
4 Putih – Abu-abu ( rb )
1.2 Mengambil
dengan menggunakan taangan kiri di kantong dan tangan kanan di kantong kanan
pada waktu yang bersamaan sebuah kombinasi kancing.
1.3 Setelah
mencatat hasil, kembalikan kombinasi kancing itu kedalam kantong asalnya.
1.4 Mengulangi
pengambilan kombinasi kancing selama enam belas kali. Mencatat hasil yang
diperoleh
1.5 Membuat
table dari hasil percobaan enam belas kali itu.
1.6 Setelah
selesai dengan 16 kali percobaan, maka masing-masing praktikan melapor kepada
asisten
1.7 Melakukan
pengujian X2 terhadap hasil perorangan maupun hasil kelas.
2. Dominansi tak
penuh
2.1
Melakukan percobaan di atas lagi tetapi dengan memperhatikan bahwa dominasi
tidak tampak sepenuhnya.
2.2
Setelah anda selesai melakukan pengambilan kancing sampai 16 kali, mebuat
table.
2.3
Masing- masing praktikan melapor kepada asisten mengenai hasil percobaan yang
diperolehnya
2.4
Melakukan pengujian tes X2 terhadap hasil percobaan perorangan
maupun hasil percobaan kelas.
F. HASIL
DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil
Percobaan
1 : Dominasi Penuh dan dominansi tidak penuh pada monohybrid
Dominansi Penuh
Tabel
1. Hasil kelompok
MM
(Merah)
|
Mm(Merah)
|
mm
(Putih)
|
24
|
50
|
26
|
Tabel 2. Hasil kelas
Kelompok
|
MM(merah)
|
Mm(merah)
|
mm(putih)
|
1
|
16
|
51
|
33
|
2
|
24
|
50
|
26
|
3
|
16
|
51
|
33
|
4
|
24
|
50
|
26
|
5
|
34
|
39
|
27
|
6
|
27
|
49
|
24
|
Tabel Perbandingan fenotif dan genotif dari masing-masing kelompok
Kelompok
|
Perbandingan fenotip dan genotype
|
1
|
3
: 1 ( Merah : Putih )
|
2
|
3 : 1 ( Merah : Putih )
|
3
|
3:
1 ( Merah : Putih )
|
4
|
3 : 1 ( Merah : Putih )
|
5
|
3
: 1 ( Merah : Putih )
|
6
|
3 : 1 ( Merah : Putih )
|
Dominansi
tidak penuh
Tabel
3. Hasil kelompok
MM
(Merah)
|
Mm
(Merah)
|
mm
(Putih)
|
29
|
51
|
20
|
|
|
|
Jadi
fenotifnya : Merah :
merah : putih
Genotifnya : 1
: 2 :
1
Tabel
4. Hasil kelas
Kelompok
|
MM(merah)
|
Mm(merah)
|
mm(putih)
|
1
|
26
|
40
|
34
|
2
|
24
|
45
|
31
|
3
|
18
|
53
|
29
|
4
|
29
|
51
|
20
|
5
|
39
|
43
|
18
|
6
|
30
|
52
|
18
|
Percobaan
2 : Dominasi
Penuh dan dominansi tidak penuh pada dihybrid
Dominansi penuh
Tabel.
5. Hasil kelompok
R-B
|
R-bb
|
rr-B
|
Rrbb
|
53
|
23
|
18
|
5
|
Perbandingan
fenoti : merah,bulat :
merah,oval : putih,bulat
: putih,bulat
Genotif : 9 : 3 : 3 : 1
Tabel
6.hasil kelas
Kelompok
|
R-B
|
R-bb
|
rr-B
|
Rrbb
|
1
|
66
|
12
|
10
|
12
|
2
|
57
|
18
|
17
|
8
|
3
|
59
|
17
|
18
|
6
|
4
|
53
|
23
|
18
|
5
|
5
|
53
|
19
|
18
|
10
|
6
|
64
|
29
|
10
|
3
|
Dominansi
tidak penuh
Tabel 7. Hasil kelompok
RRBB
|
RRBb
|
RRbb
|
RrBB
|
RrBb
|
Rrbb
|
rrBB
|
rrBb
|
Rrbb
|
9
|
13
|
6
|
7
|
24
|
17
|
5
|
13
|
6
|
Table 8 hasil kelas
Kelompok
|
RRBB
|
RRBb
|
RRbb
|
RrBB
|
RrBb
|
Rrbb
|
rrBB
|
rrBb
|
Rrbb
|
1
|
29
|
30
|
2
|
25
|
14
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
4
|
14
|
2
|
9
|
30
|
16
|
4
|
13
|
8
|
3
|
8
|
15
|
8
|
12
|
26
|
11
|
3
|
14
|
3
|
4
|
9
|
13
|
6
|
7
|
24
|
17
|
5
|
13
|
6
|
5
|
7
|
11
|
4
|
16
|
19
|
15
|
5
|
13
|
10
|
6
|
3
|
16
|
6
|
12
|
33
|
23
|
2
|
8
|
3
|
G. PEMBAHASAN
Dari
percobaan tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
ternyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan
setiap kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen
itu berbeda.
Gambaran tentang kemungkinannya gen-gen yang dibawa oleh
gamet-gamet akan bertemu secara acak (random) juga berbeda. Dalam pengamatan,
tiap uji percobaan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan yang
kami lakukan hasil RR (merah) jika diambil nilai persentase garis besarnya
diperoleh sekitar 25%, dan Rr (Merah) memperlihatkan peluang lebih besar
sekitar 50%, dan peluang untuk rr (putih) adalah sekitar 25%.
Begitu
pula untuk percobaan imitasi genetis II, hasil yang didapatkan hampir persis
pada imitasi genetic I. jika diambil rata-rata memperlihatkan hasil RR (merah)
jika diambil nilai persentase garis besarnya diperoleh sekitar 25%, dan Rr (Merah
muda) memperlihatkan peluang lebih besar sekitar 50%, dan peluang untuk rr
(putih) adalah sekitar 25%.
Wildan yatim (1986) dalam bukunya yang berjudul
genetika berpendapat bahwa sesungguhnya ratio fenotip F2 3 : 1 hanya merupakan
perhitungan secara teoritis ratio ini diperoleh dari ratio genotipnya.
Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang didapat tidaklah
persis demikian. Kalau umpamanya spesies F2 yang dihitung adalah 1000 ekor,
maka tidak akan selalu persis bahwa yang normal 750 ekor dan yang ebony 250
ekor.
Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut o (
observation) terhadap ratio teoritis, yang disebut e (expected), makin sempurna
data yang dipakai, berarti makin bagus pernyataan fenotipnya.
Kalau perbandingan o/e mendekati angka satu berarti data
yang didapat makin bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang
diselidiki mendekati sempurna. Akan tetapi, jika o/e menjauhi 1, data itu buruk
dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh
suatu faktor lain. Entah karena faktor lingkungan atau jumlah objek yang
diamati terlalu sedikit.
Hasil
pengamatan dengan Uji tes statistic Chi_Square
Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Keterangan
:
X2
= Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai
harapan
∑ = Sigma (
Jumlah dari nilai-nilai)
v Percobaan
1 : Dominasi penuh dan dominasi tidak penuh pada monohybrid
Kelompok 4
Ø Dominasi penuh
Monohibrid
Tabel
Hasil kelompok
|
Merah
|
Putih
|
|
Jumlah
|
Diperoleh (0)
|
74
|
26
|
|
100
|
Diramal (e)
|
75
|
25
|
|
100
|
Deviasi
|
-1
|
1
|
|
|
d 2
e
|
0,013
|
0,04
|
|
|
X2 = 0,013 + 0,04
= 0,053
|
K [2] = 0,99 dan 0,90
|
Tabel Hasil kelas Monohibrid
|
Merah
|
Putih
|
|
Jumlah
|
Diperoleh (0)
|
431
|
169
|
|
600
|
Diramal (e)
|
450
|
150
|
|
|
Deviasi
|
-19
|
19
|
|
|
d2
e
|
0,80
|
0,12
|
|
|
X2 =∑ (d2)
= 0,80 + 0,12 = 0,92
E
|
K [2] =0,70 dan 0,50
|
Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan
genotifnya dari RR : Rr : rr adalah 1 :
2 : 1 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1. Dari
pengolahan data X2 (chi square test) pada dominasi penuh nilai X2
data hasil kelompok yaitu 4 dan nilai ini tidak tercantum pada tabel
kemungkinn, adapun hanya terdapat diantara 0,99
dan 0,90
Adanya ketidak sesuaian pada percobaan ini dalam hal perbandingan yang
terdapat pada percobaan dengan perhitungan pada hukum Mendel I di atas. Jadi
dapat disimpulkan kalau terjadi ketidak tepatan dalam praktikum ini. Secara
umum kesalahan terjadi karena pada saat pengambilan secara acak dan memasangkan
kancing genetik terjadi kesalahan disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam
pencatatan hasil persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau
kurang di dalam ember, dan kurang kompaknya para paraktikan dalam mengambil
kancing, menyebutkan, dan mencatatnya sehingga terdapat perbedaan rasio fenotif
dan rasio genotifnya dengan hukum Mendel.
Adapun untuk nilai X2
pada tabel hasil kelas yaitu 0,92 sebab data yang diperoleh sama dengan data
yang diharapkan secara teoritis. Jadi untuk nilai kemungkinan terletak diantara
0,70 dan 0,50 . Jadi data ini dapat dianggap baik sama halnya dengan data hasil
kelompok, ini diakibatkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi.
Ø Dominasi Setengah penuh
pada Monohibrid
Hasil kelompok
|
Merah
|
Merah
Muda
|
Putih
|
Jumlah
|
Diperoleh (0)
|
29
|
51
|
20
|
100
|
Diramal (e)
|
25
|
50
|
25
|
100
|
Deviasi
|
4
|
1
|
-5
|
|
d2
e
|
0,64
|
0,02
|
1
|
|
X2 = 0,64 + 0,02 + 1
= 1,66
|
K [2] = 0,70 dan 0,50
|
Hasil Kelas
|
Merah
|
Merah
Muda
|
Putih
|
Jumlah
|
Diperoleh (0)
|
166
|
284
|
150
|
600
|
Diramal (e)
|
150
|
300
|
150
|
|
Deviasi
|
16
|
-16
|
0
|
|
d2
e
|
1,70
|
0,85
|
0
|
|
X2 =∑ (d2) = 1,70 +
0,85 = 1,449
E
|
K [2] =0,70 dan 0,50
|
Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan
genotifnya dari MM : Mr : mm adalah 1 : 2 : 1 sehingga perbandingan fenotifnya
adalah 3 : 1.
Dari pengolahan data X2
(chi square test) pada dominasi penuh nilai X2 data hasil kelompok
yaitu 4 dan nilai ini tidak tercantum pada tabel kemungkinn, adapun hanya
terdapat diantara 0,70 dan 0,50.
Pada nilai untuk nilai X2
untuk tabel hasil kelas yaitu 1,449 dan
nilai in juga tidak tercantum dalam tabel kemungkinan, hanya terdapat di antara
0,70 dan 0,50
v Percobaan
2 : Dominasi penuh dan dominasi tidak penuh pada dihybrid
Ø Dominasi penuh dihybrid
Hasil
kelompok
|
Merah bulat
|
Merah oval
|
Putih bulat
|
Putih oval
|
Jumlah
|
Diperoleh (0)
|
6
|
4
|
4
|
2
|
16
|
Diramal (e)
|
4
|
9
|
3
|
1
|
16
|
Deviasi
|
4
|
-5
|
0
|
0
|
|
d2
e
|
4
|
2,7
|
0
|
0
|
|
X2 =∑ (d2)
= 4 + 2,7 + 0= 6,7
E
|
|
K [2] = 0,50 dan 0,30.
|
|
Hasil
Kelas
|
Merah
bulat
|
Merah
oval
|
Putih
bulat
|
Putih
oval
|
Jumlah
|
Diperoleh (0)
|
325
|
118
|
91
|
44
|
600
|
Diramal (e)
|
337,5
|
112,5
|
112,5
|
37,5
|
|
Deviasi
|
-12,5
|
5,5
|
-21,5
|
6,5
|
|
d2
e
|
0,46
|
0,27
|
4,1
|
1,12
|
|
|
X2 =∑ (d2)
= 0,46 + 0,27 + 4,1 + 1,12 = 5,95
E
|
|
K [3] = 0,30 dan 0,10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan
fenotifnya dari RB Rb rB rb adalah: 9 : 3 : 3 : 1
Data yang telah diperoleh
dari pengolahan data X2 (chi square test) pada dominasi penuh dihibrid nilai X2 data
hasil kelompok yaitu 1,18 dan nilai ini
tidak tercantum pada tabel kemungkinan, adapun hanya terdapat di antara 0,70
dan 0,50
Pada nilai X2 untuk tabel hasil
kelas yaitu 5,95 dan nilai ini pun tidak tercantum dalam tabel kemungkinan,
hanya terdapat 0,30 dan 0,10 maka data
ini dianggap baik.
Ø Dominasi tidak penuh
dihybrid
Hasil
kelompok
|
Merah
bulat
|
Merah
Agak bulat
|
Merah Oval
|
Diperoleh (0)
|
9
|
13
|
6
|
Diramal (e)
|
6,25
|
12,5
|
6,25
|
Deviasi
|
2,75
|
0,5
|
-0,25
|
d2
e
|
1,21
|
0,02
|
0,01
|
|
Merah
jambu bulat
|
Merah jambu Agak bulat
|
Merah
jambu Oval
|
Diperoleh (0)
|
5
|
2
|
2
|
Diramal (e)
|
2
|
4
|
2
|
Deviasi
|
3
|
-2
|
0
|
d2
e
|
4,5
|
-4
|
0
|
|
Putih bulat
|
Putih agak bulat
|
Putih Oval
|
Diperoleh
(0)
|
1
|
1
|
3
|
Diramal
(e)
|
1
|
2
|
1
|
Deviasi
|
0
|
-1
|
2
|
d2
e
|
0
|
-1
|
4
|
X2
=∑ (d2) =
e
K
[8]
|
-1+0+-1+4,5+-4+0+0+-1+4
= 1,5
0,50 dan 0,70
|
Ø Hasil
kelas
|
Merah bulat
|
Merah Agak bulat
|
Merah Oval
|
Diperoleh
(0)
|
60
|
99
|
28
|
Diramal
(e)
|
37,5
|
75
|
37,5
|
Deviasi
|
20,5
|
-24
|
-9,5
|
d2
e
|
0,54
|
0,32
|
0,25
|
|
Merah jambu bulat
|
Merah
jambu agak bulat
|
Merah jambu
Oval
|
Diperoleh (0)
|
81
|
146
|
82
|
Diramal (e)
|
75
|
150
|
75
|
Deviasi
|
6
|
-4
|
7
|
d2
e
|
0,08
|
0,03
|
0,09
|
|
Putih
bulat
|
Putih
agak bulat
|
Putih Oval
|
Diperoleh (0)
|
19
|
61
|
30
|
Diramal (e)
|
37,5
|
75
|
37,5
|
Deviasi
|
-18,5
|
-14
|
-7,5
|
d2
e
|
0,49
|
0,18
|
0,2
|
X2 =∑ (d2)
=
e
K [8]
|
0,54
+ 0,32 + 0,25 + 0,08 + 0,03 + 0,09 + 0,49 + 0,18 +0,2 = 2,18
0,99 dan 0,90
|
Persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya adalah
1:2:1:2:4:2:1:2:1 dan data yang telah diperoleh dari pengolahan data X2
pada dominasi penuh dihibrid nilai X2 data hasil kelompok yaitu
5,6 dan nilai ini tidak tercantum pada
tabel kemungkinan, adapun hanya terdapat di antara 0,90 dan 0,70
Pada nilai X2 untuk tabel hasil
kelas yaitu 2,18 sama seperti halnya pada uji chi hasil data kelompok yang
tidak tercantum dalam tabel kemungkinan, hanya terdapat 0,99 dan 0,90
maka data ini dianggap baik.
H. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hukum Mendel rasio
fenotipe generasi F2 persilangan monohibrid adalah 3:1.
2. Adanya penyimpangan antara hasil
yang didapat dari percobaan dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.
3. Chi-square test digunakan untuk mengevaluasi
penyimpangan dari hasil percobaan.
4. Berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe
generasi F2 persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1.
5. Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan,
kebolehjadian, peluang dan sebagaimya umumnya digunakan untuk menyatakan
peristiwa yang belum dapat dipastikan.
I. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.
Jelaskan apa yang
dimaksud dengan “Hukum Pemisahan Gen yang se Alel” dan tunjukkan
dengan gambar.
Jawab:
Hukum pemisahan gen se alel atau hukum Mendel I
disebut juga sebagai “Hukum Segregasi” yang menyatakan bahwa “pada waktu
berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam
masing-masing gamet yang terbentuk”.
Sebelum
melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang
kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu. Sebagai contoh,
individu DD akan membentuk gamet D, dan individu dd akan membentuk gamet
d. Pada individu Dd, yang menghasilkan
gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen D dan gen d akan dipisahkan
(disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk tersebut. Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai
hukum segregasi atau hukum Mendel I. Contohnya sebagai berikut:
Gambar: Persilangan
monoibrid dengan dominansi penuh
2.
Jika genotip AaBb
melakukan gametogenesis, maka :
a. Berapa
macam gamet yang dapat dihasilkan dalam proses
spermatogenesis? Tunjukkan dengan gambar.
b. Berapa
macam gamet yang dapat dihasilkan dalam proses
Oogenesis?
Tunjukkan dengan gambar.
Jawab:
a. Jika
genotip AaBb maka gamet yang dapat dihasilkan
pada saat spermatogenesis adalah 4 yakni A, a, B dan b
A a B b
b. Jika
genotip AaBb maka gamet yang dapat dihasilkan
pada saat Oogenesis
adalah 4 yakni A, a, B dan b
A a B b
DAFTAR FUSTAKA
Didjosepoetro.1974.Pengantar
Genitika. DeptDikBud: Jakarta
Kusdiarti,lilik.1986.Genetika Tumbuhan.UGM Press: Yogyakarta
Nio,Tjan kwiauw.1990.Genetika Dasar.ITB Press: Bandung
Sofro,abdul salam.1992.Keanekaragaman Genetik.Andiofsel:Yogyakarta
Suryo.1984.Genetika.UGM Press: Yogyakarta