Selasa, 13 November 2012

Imitasi Perbandingan Genetis


PRATIKUM 1
A.    JUDUL :
Imitasi Perbandingan Genetis
B.     TUJUAN
1.      Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawah oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak
2.      Melakukan pengujian X2 untuk mengetahui apakah hasil yang didapat biasa dianggap baik atau tidak
C.     DASAR TEORI
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross).
Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaan monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi. Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1. Bukti-bukti Mendel untuk menjelaskan teori partikulat mengenai pewarisan: (a) Persilangan tanaman tinggi dan pendek; (b) Pada generasi F1 semua keturunan (zuriat) berbatang tinggi; (c) Pada generasi F2 26% berbatang pendek dan 74% berbatang tinggi.
Miosis dan Hukum Segregasi Mendel
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis.
a.       Individu heterozigot untuk alel tinggi (T) dan alel pendek (t).
b.       Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I dan II menghasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen tinggi tanaman , baik T atau t, maka alel T dan t bersegregai bebas satu sama lain.
c.       Selama fertilisasi alel bergabung secara acak.

Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan rasio fenotipe : 3 tinggi : 1 pendek.
Uji Statistik Dalam Percobaan Persilangan
Untuk dapat menentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X2 hitung = Ë (oi-Ei)2
                          Ei
Keterangan:
                   Oi = nilai pengamatan fenotipe ke -i,
                   Ei = nilai harapan fenotipe ke -i
Keputusan pengujian didapatkan dengan cara membandingkan terhadap X2 d.b. (X2tabel) sebagai berikut:
Bila X2 hitung X2 tabel : maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan, atau hipotesis diterima. Sebaliknya jika X2 hitung X2tabel : maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Pada manusia diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting heterozigot. Apabila mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya berambut lurus? Dengan hokum Mendel dapat dihitung bahwa kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai tiga anak dan semuanya berambut lurus, apakah ini berarti anak itu adalah hasil dari luar pernikahan? Tentu saja tidak, karna hukum Mendel hanya memberikan proporsi gen saja tetapi tidak menentukan alel apa yang terdapat dalam sel telur atau sel sperma yang kemudian menjadi keturunan tersebut di atas.Apakah hasil dari percobaan diatas mengungkapkan bahwa hukum Mendel tidak tepat? Tentu tidak karna jumlah keturunan manusia tidak terlalu banyak, sehingga faktor kebetulan dapat memegang peranan yang sangat penting.
Hasil tersebut diatas akan sangan berlainan apabila kita mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip seperi contoh diatas sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang berambut lurus terhadap anak-anak yang berambut keriting dari keseratus pasangan sekaligus.Misalnya kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4 orang, dan ditemukan 95 orang anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5 orang berambut lurus sudah membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat? Dalam hal ini analisis statistikmerupaka salah satu alat yang tepat untuk menjawab permasalahan ini.
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae.
Peluang menyangut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut:
 X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Keterangan :
        X2 = Chi Quadrat
       O = Nilai pengamatan
       E = Nilai harapan
       ∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Unjuk menguji hal ini digunakan tes X2 atau disebut juga dengan Chi square. Awalnya tes ini dinamakan test phi ( ƒ ).Untuk memudahkan mengingatnya dikatakan test X.
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Pengunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut.
Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan denganh hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.
Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa lain.
Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh benar mingimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas.

D.    ALAT DAN BAHAN
a.       Kancing genetika
b.      Kantong sebaiknya dari kain supaya tidak mudah robek, dan isinya tidak dapat terlihat dari luar.
E.     PROSEDUR KERJA
Percobaan  I :
1.      Ada dominansi penuh
1.1  Mempersiapkan 2 buah kantong yang masing-masing akan diisi dengan 6 kancing berwarna merah dan 6 kancing berwarna putih pada setiap kantongnya. Kantong itu diumpamakan alat kelamin, sedang kancing diumpamakan sebagai gamet-gamet. Kancing merah adalah gamet yang mempunyai gen dominan R, sebaliknya kantong putih mempunyai gen resesif r.
1.2  Mengambil satu kancing dari kantong kiri dengan tangan kiri. Pada waktu yang bersamaan mengambil satu kancing dari kantong kanan dengan menggunakan tangan kanan. Tindakan itu dilakukan tanpa menengok kedalam kantong.
1.3  Membuat catatan dikertas buram tentang hasil pengambilan kancing. Pertemuan dari kancing di kedua belah tangan anda itu merupakan zigot. Ada tiga kemungkinan yang anda hadapi, yaitu :
*      Mendapatkan dua kancing merah, yang berarti bahwa zigotnya mempunyai genotif RR, dan fenotif nya merah
*      Mendapatkan satu kancing merah dan satu kancing putih, berarti bahwa zigotnya heterezigotik Rr, dan fenotifnya merah.
*      Mendapatkan dua kancing putih, yang berarti bahwa zigotnya homozigot resesif rr, dan fenotifnya putih
Setelah mencatat hasilnya, mengembalikan kancing-kancing itu ke dalam kantong asalnya.
1.4.Mengulangi percobaan itu sampai sepuluh kali dengan mengkocok kantong tersebutterlebih dahulu setiap kali sebelum mengambil kancing, supaya kancing-kancing yang berada di dalam kantong itu bercampur. Mencatat hasil yang diperoleh setiap kali.
1.5  Membuat table dari hasil percobaan anda slama sepuluh kali
1.6  Setelah selesai dengan sepuluh kali percobaan, maka masing-masing praktikan melapor kepada asisten, yang akan menulis hasil yang telah diperoleh semua praktikan di papan tulis
1.7  Melakukan pengujian X2  terhadap hasil perorangan maupun hasil kelas
2.      Dominasi tidak penuh
2.1  Dua macam percobaan tadi dilakukan tetapi ingat adanya kemungkinan sifat intermedier, sehingga bila didapatkan satu kancing merah dan satu kancing putih. Maka zigotnya heterozigot Rr dan fenotifnya intermedier merah jambu.
2.2  Membuat table hasil perorangan
2.3  Membuat hasil kelas
      Menulis hasil kedua percobaan itu kedalam buku laporan praktikum beserta hasil pengujiannya lewat tes X2.
Percobaan II :
1. Ada Dominansi penuh
1.1 Setiap orang praktikan menerima dua buah kantong masing-masing berisi enam belas kancing genetika yang terdiri dari
      4 Merah – Biru                        ( RB )
      4 Merah – Abu-abu     ( Rb )
      4 Putih – Biru              ( rB )
      4 Putih – Abu-abu                   ( rb )
1.2 Mengambil dengan menggunakan taangan kiri di kantong dan tangan kanan di kantong kanan pada waktu yang bersamaan sebuah kombinasi kancing.
1.3 Setelah mencatat hasil, kembalikan kombinasi kancing itu kedalam kantong asalnya.
1.4 Mengulangi pengambilan kombinasi kancing selama enam belas kali. Mencatat hasil yang diperoleh
1.5 Membuat table dari hasil percobaan enam belas kali itu.
1.6 Setelah selesai dengan 16 kali percobaan, maka masing-masing praktikan melapor kepada asisten
1.7 Melakukan pengujian  X2  terhadap hasil perorangan maupun hasil kelas.
2. Dominansi tak penuh
2.1 Melakukan percobaan di atas lagi tetapi dengan memperhatikan bahwa dominasi tidak tampak sepenuhnya.
2.2 Setelah anda selesai melakukan pengambilan kancing sampai 16 kali, mebuat table.
2.3 Masing- masing praktikan melapor kepada asisten mengenai hasil percobaan yang diperolehnya
2.4 Melakukan pengujian tes X2 terhadap hasil percobaan perorangan maupun hasil percobaan kelas.
F.      HASIL DAN PEMBAHASAN
a.       Hasil
Percobaan 1 : Dominasi Penuh dan dominansi tidak penuh pada monohybrid
Dominansi Penuh
Tabel 1. Hasil kelompok
MM (Merah)
Mm(Merah)
mm (Putih)
24
50
26

Tabel 2. Hasil kelas
Kelompok
MM(merah)
Mm(merah)
mm(putih)
1
16
51
33
2
24
50
26
3
16
51
33
4
24
50
26
5
34
39
27
6
27
49
24

Tabel Perbandingan fenotif  dan genotif dari masing-masing kelompok
Kelompok
Perbandingan fenotip dan genotype
1
3 : 1   ( Merah : Putih )
2
3 : 1  ( Merah : Putih )
3
3: 1  ( Merah : Putih )
4
3 : 1  ( Merah : Putih )
5
3 : 1  ( Merah : Putih )
6
3 : 1  ( Merah : Putih )

Dominansi tidak penuh
Tabel 3. Hasil kelompok
MM (Merah)
Mm (Merah)
mm (Putih)
29
51
20




Jadi fenotifnya    : Merah   :    merah   :   putih
        Genotifnya :    1        :       2        :     1
Tabel 4. Hasil kelas
Kelompok
MM(merah)
Mm(merah)
mm(putih)
1
26
40
34
2
24
45
31
3
18
53
29
4
29
51
20
5
39
43
18
6
30
52
18


Percobaan 2 : Dominasi Penuh dan dominansi tidak penuh pada dihybrid
Dominansi penuh
Tabel. 5. Hasil kelompok
R-B
        R-bb
         rr-B
Rrbb
53
23
18
5

Perbandingan fenoti :  merah,bulat  :   merah,oval  :  putih,bulat  :  putih,bulat
             Genotif :        9            :             3          :            3          :       1

Tabel 6.hasil kelas
Kelompok
R-B
R-bb
rr-B
Rrbb
1
66
12
10
12
2
57
18
17
8
3
59
17
18
6
4
53
23
18
5
5
53
19
18
10
6
64
29
10
3

Dominansi tidak penuh
Tabel  7. Hasil kelompok
RRBB
RRBb
RRbb
RrBB
RrBb
Rrbb
rrBB
rrBb
Rrbb
9
13
6
7
24
17
5
13
6
  
Table 8 hasil kelas
Kelompok
RRBB
RRBb
RRbb
RrBB
RrBb
Rrbb
rrBB
rrBb
Rrbb
1
29
30
2
25
14
0
0
0
0
2
4
14
2
9
30
16
4
13
8
3
8
15
8
12
26
11
3
14
3
4
9
13
6
7
24
17
5
13
6
5
7
11
4
16
19
15
5
13
10
6
3
16
6
12
33
23
2
8
3

G.    PEMBAHASAN
            Dari percobaan tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ternyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan setiap kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen itu berbeda.
Gambaran tentang kemungkinannya gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak (random) juga berbeda. Dalam pengamatan, tiap uji percobaan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan yang kami lakukan hasil RR (merah) jika diambil nilai persentase garis besarnya diperoleh sekitar 25%, dan Rr (Merah) memperlihatkan peluang lebih besar sekitar 50%, dan peluang untuk rr (putih) adalah sekitar 25%.
Begitu pula untuk percobaan imitasi genetis II, hasil yang didapatkan hampir persis pada imitasi genetic I. jika diambil rata-rata memperlihatkan hasil RR (merah) jika diambil nilai persentase garis besarnya diperoleh sekitar 25%, dan Rr (Merah muda) memperlihatkan peluang lebih besar sekitar 50%, dan peluang untuk rr (putih) adalah sekitar 25%.
Wildan yatim (1986) dalam bukunya yang berjudul genetika berpendapat bahwa sesungguhnya ratio fenotip F2 3 : 1 hanya merupakan perhitungan secara teoritis ratio ini diperoleh dari ratio genotipnya. Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang didapat tidaklah persis demikian. Kalau umpamanya spesies F2 yang dihitung adalah 1000 ekor, maka tidak akan selalu persis bahwa yang normal 750 ekor dan yang ebony 250 ekor.
Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut o ( observation) terhadap ratio teoritis, yang disebut e (expected), makin sempurna data yang dipakai, berarti makin bagus pernyataan fenotipnya.
Kalau perbandingan o/e mendekati angka satu berarti data yang didapat makin bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Akan tetapi, jika o/e menjauhi 1, data itu buruk dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh suatu faktor lain. Entah karena faktor lingkungan atau jumlah objek yang diamati terlalu sedikit.
Hasil pengamatan dengan Uji tes statistic Chi_Square
Chi-square degan rumus sebagai berikut:
 X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Keterangan :
        X2 = Chi Quadrat
       O = Nilai pengamatan
       E = Nilai harapan
       ∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)
v  Percobaan 1 : Dominasi penuh dan dominasi tidak penuh pada monohybrid
      Kelompok 4
Ø  Dominasi penuh Monohibrid
Tabel Hasil kelompok

Merah
Putih

Jumlah
Diperoleh (0)
74
26

100
Diramal (e)
75
25

100
Deviasi
-1
1


d 2
e
0,013
0,04



X2 =  0,013 + 0,04
      = 0,053
              
K [2] = 0,99 dan 0,90

Tabel Hasil kelas Monohibrid

Merah
Putih

Jumlah
Diperoleh (0)
431
169

600
Diramal (e)
450
150


Deviasi
-19
19


d2
e
0,80
0,12


X2 =∑  (d2) =  0,80 + 0,12 =  0,92
                E      
K [2] =0,70 dan 0,50
Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari RR : Rr : rr  adalah 1 : 2 : 1 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1. Dari pengolahan data X2 (chi square test) pada dominasi penuh nilai X2 data hasil kelompok yaitu 4 dan nilai ini tidak tercantum pada tabel kemungkinn, adapun hanya terdapat diantara 0,99  dan 0,90
Adanya ketidak sesuaian pada percobaan ini dalam hal perbandingan yang terdapat pada percobaan dengan perhitungan pada hukum Mendel I di atas. Jadi dapat disimpulkan kalau terjadi ketidak tepatan dalam praktikum ini. Secara umum kesalahan terjadi karena pada saat pengambilan secara acak dan memasangkan kancing genetik terjadi kesalahan disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam pencatatan hasil persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau kurang di dalam ember, dan kurang kompaknya para paraktikan dalam mengambil kancing, menyebutkan, dan mencatatnya sehingga terdapat perbedaan rasio fenotif dan rasio genotifnya dengan hukum Mendel.
Adapun untuk nilai X2 pada tabel hasil kelas yaitu 0,92 sebab data yang diperoleh sama dengan data yang diharapkan secara teoritis. Jadi untuk nilai kemungkinan terletak diantara 0,70 dan 0,50 . Jadi data ini dapat dianggap baik sama halnya dengan data hasil kelompok, ini diakibatkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi.
Ø  Dominasi Setengah penuh pada  Monohibrid
      Hasil kelompok

Merah
Merah Muda
Putih
Jumlah
Diperoleh (0)
29
51
20
100
Diramal (e)
25
50
25
100
Deviasi
4
1
-5

d2
e
0,64
0,02
1

X2 =  0,64 + 0,02 + 1
      = 1,66
K [2] = 0,70 dan 0,50

Hasil Kelas

Merah
Merah Muda
Putih
Jumlah
Diperoleh (0)
166
284
150
600
Diramal (e)
150
300
150

Deviasi
16
-16
0

d2
e
1,70
0,85
0

X2 =∑  (d2) =  1,70 +  0,85  = 1,449
                E         
K [2] =0,70  dan 0,50
Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari MM : Mr : mm adalah 1 : 2 : 1 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.
Dari pengolahan data X2 (chi square test) pada dominasi penuh nilai X2 data hasil kelompok yaitu 4 dan nilai ini tidak tercantum pada tabel kemungkinn, adapun hanya terdapat diantara 0,70 dan 0,50.
Pada nilai untuk nilai X2 untuk  tabel hasil kelas yaitu 1,449 dan nilai in juga tidak tercantum dalam tabel kemungkinan, hanya terdapat di antara 0,70 dan 0,50
v  Percobaan 2 : Dominasi penuh dan dominasi tidak penuh pada dihybrid
Ø  Dominasi penuh dihybrid
Hasil kelompok

Merah bulat
Merah oval
Putih bulat
Putih oval
Jumlah
Diperoleh (0)
6
4
4
2
16
Diramal (e)
4
9
3
1
16
Deviasi
4
-5
0
0

d2
e
4

2,7
0
0

X2 =∑  (d2) =  4 + 2,7 + 0=  6,7
 E      

K [2] = 0,50 dan 0,30.


Hasil Kelas

Merah bulat
Merah oval
Putih bulat
Putih oval
Jumlah
Diperoleh (0)
325
118
91
44
600
Diramal (e)
337,5
112,5
112,5
37,5

Deviasi
-12,5
5,5
-21,5
6,5

d2
e
0,46
0,27
4,1
1,12


X2 =∑  (d2) =  0,46 + 0,27 + 4,1 + 1,12 =  5,95
 E      

K [3] = 0,30  dan 0,10













Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan fenotifnya dari RB Rb rB rb adalah: 9 : 3 : 3 : 1
Data yang telah diperoleh dari pengolahan data X2 (chi square test)  pada dominasi penuh dihibrid nilai X2 data hasil kelompok yaitu 1,18  dan nilai ini tidak tercantum pada tabel kemungkinan, adapun hanya terdapat di antara 0,70 dan 0,50
      Pada nilai X2 untuk tabel hasil kelas yaitu 5,95 dan nilai ini pun tidak tercantum dalam tabel kemungkinan, hanya terdapat 0,30 dan 0,10  maka data ini dianggap baik.

Ø  Dominasi tidak penuh dihybrid
Hasil kelompok

Merah bulat
Merah Agak bulat
Merah Oval
Diperoleh (0)
9
13
6
Diramal (e)
6,25
12,5
6,25
Deviasi
2,75
0,5
-0,25
d2
e
1,21
0,02
0,01


Merah jambu bulat
Merah  jambu Agak bulat
Merah jambu  Oval
Diperoleh (0)
5
2
2
Diramal (e)
2
4
2
Deviasi
3
-2
0
d2
e                 
4,5
-4
0


Putih bulat
Putih agak bulat
Putih  Oval
Diperoleh (0)
1
1
3
Diramal (e)
1
2
1
Deviasi
0
-1
2
d2
e
0
-1
4
X2 =∑  (d2) = 
             e

K [8]
-1+0+-1+4,5+-4+0+0+-1+4 = 1,5


0,50 dan 0,70

Ø  Hasil kelas


Merah bulat
Merah Agak bulat
Merah Oval
Diperoleh (0)
60
99
28
Diramal (e)
37,5
75
37,5
Deviasi
20,5
-24
-9,5
d2
e
0,54
0,32
0,25



Merah  jambu bulat
Merah jambu agak bulat
Merah jambu Oval
Diperoleh (0)
81
146
82
Diramal (e)
75
150
75
Deviasi
6
-4
7
d2
e
0,08
0,03
0,09




Putih bulat
Putih agak bulat
Putih  Oval
Diperoleh (0)
19
61
30
Diramal (e)
37,5
75
37,5
Deviasi
-18,5
-14
-7,5
d2
e
0,49
0,18
0,2
X2 =∑  (d2) = 
             e

K [8]
0,54 + 0,32 + 0,25 + 0,08 + 0,03 + 0,09 + 0,49 + 0,18 +0,2 = 2,18


  0,99 dan 0,90                                                         

Persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya adalah 1:2:1:2:4:2:1:2:1 dan data yang  telah diperoleh dari pengolahan data X2 pada dominasi penuh dihibrid nilai X2 data hasil kelompok yaitu 5,6  dan nilai ini tidak tercantum pada tabel kemungkinan, adapun hanya terdapat di antara 0,90 dan 0,70
      Pada nilai X2 untuk tabel hasil kelas yaitu 2,18 sama seperti halnya pada uji chi hasil data kelompok yang tidak tercantum dalam tabel kemungkinan, hanya terdapat  0,99 dan 0,90  maka data ini dianggap baik.
H.    KESIMPULAN
1.      Berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 persilangan monohibrid adalah 3:1.
2.      Adanya penyimpangan antara hasil yang didapat dari percobaan dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.
3.       Chi-square test digunakan untuk mengevaluasi penyimpangan dari hasil percobaan.
4.       Berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1.
5.       Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan.

I.  PERTANYAAN DAN JAWABAN
1.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Hukum Pemisahan Gen yang se Alel” dan tunjukkan dengan gambar.
Jawab:
Hukum pemisahan gen se alel atau hukum Mendel I disebut juga sebagai “Hukum Segregasi” yang menyatakan bahwa “pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk”.
Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu. Sebagai contoh, individu DD akan membentuk gamet D, dan individu dd akan membentuk gamet d.  Pada individu Dd, yang menghasilkan gamet D dan gamet d, akan terlihat bahwa gen D dan gen d akan dipisahkan (disegregasi) ke dalam gamet-gamet yang terbentuk tersebut.  Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum Mendel I. Contohnya sebagai berikut:





                           Gambar: Persilangan monoibrid dengan dominansi penuh
2.      Jika genotip AaBb melakukan gametogenesis, maka :
a.       Berapa macam gamet yang dapat dihasilkan dalam proses spermatogenesis? Tunjukkan dengan gambar.
b.      Berapa macam gamet yang dapat dihasilkan dalam proses Oogenesis? Tunjukkan dengan gambar.
Jawab:
a.       Jika genotip AaBb maka gamet yang dapat dihasilkan pada saat spermatogenesis adalah 4 yakni A, a, B dan b
                                           AaBb

                               A           a         B         b
b.      Jika genotip AaBb maka gamet yang dapat dihasilkan pada saat Oogenesis adalah 4 yakni A, a, B dan b
                                           AaBb

                              A           a         B         b















DAFTAR FUSTAKA
Didjosepoetro.1974.Pengantar Genitika. DeptDikBud: Jakarta

Kusdiarti,lilik.1986.Genetika Tumbuhan.UGM Press: Yogyakarta

Nio,Tjan kwiauw.1990.Genetika Dasar.ITB Press: Bandung

Sofro,abdul salam.1992.Keanekaragaman Genetik.Andiofsel:Yogyakarta

Suryo.1984.Genetika.UGM Press: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar