PRATIKUM 11
A.
JUDUL
:
Imitasi Modifikasi
Perbandingan Genetis
B.
TUJUAN
:
Melihat adanya
penyimpangan dan rasio fenotip yang disebabkan oleh adanya interaksi gen-gen
C.
DASAR TEORI
Mendel dal;am dalam percobaan-percobaannya kadang
dapat menegahui bahwa ada gen-gen yang
tidak dominant dan tidak resesif pula. Dengan perkataan lain gen tesebut tidak
memperlihatkan sifat dominan sepenuhnya. Akibat keturunan dari perkawinan
individu dengan satu sifat beda akan mempunyai sifat antara dari kedua
induknya. Sifat demikian itu dinamakan Sifat Intermediet.Mendel membuat
persilangan degan mengunakan tanaman mulut singa (Antirrhinum majus) yang bunganya berwarna
merah dan putih. Semua tanaman keturunan F1 berbunga merah muda. Ini berarti
bahwa sifat dari kedua induknya ikut mengambil peranan.
Ketika tanaman-tanaman F1 dibiarkan menyerbuk
sendiri, maka didapat tanaman-tanaman F2 yang memisah dengan perbandingan ¼
merah : ½ merah muda : ¼ putih atau 1:2:1. Disini kita dapat lebih mudah
membedakan tanaman yang homozigot (yaitu yang berbunga merah, dan yang berbunga
putih ) dari tanaman yang heterozigot (yaitu berbunga merah muda).
Apabila tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga merah (MM) dibiarkan menyerbuk sesamanya atau menyerbuk sendiri, maka keturunannya akan selalu berbunga merah saja.Demikian pula dengan tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga putih (mm) untuk selanjutnya akan selalu menghasilkan keturunan berbunga putih saja. Adapun tanaman F2 heterozigot berbunga merah muda bila dibiarkan menyerbuk sesamanya atau mengadakan penyerbukan sendiri akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2:1.
Individu homozigot yang selalu menghasilkan keturunan tetap (tidak memisah) dinamakan galur murni. Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan homozigot lagi,melainkan suatu heterozigot.Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding1:2:1. Maka biji-biji F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang berbunga putih. Sebaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi.Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet.
Apabila tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga merah (MM) dibiarkan menyerbuk sesamanya atau menyerbuk sendiri, maka keturunannya akan selalu berbunga merah saja.Demikian pula dengan tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga putih (mm) untuk selanjutnya akan selalu menghasilkan keturunan berbunga putih saja. Adapun tanaman F2 heterozigot berbunga merah muda bila dibiarkan menyerbuk sesamanya atau mengadakan penyerbukan sendiri akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2:1.
Individu homozigot yang selalu menghasilkan keturunan tetap (tidak memisah) dinamakan galur murni. Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan homozigot lagi,melainkan suatu heterozigot.Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding1:2:1. Maka biji-biji F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang berbunga putih. Sebaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi.Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet.
Orang
yang pertama kali melakukan persilangan dengan dengan menggunakan tumbuhan sebagai bahan adalah seorang alim
ulama berkebangsan Australia bernama GEOGOR MENDEL (1822-1884) pada tahun 1866.
Mendel diakui sebagai bapak genetika. Dalam percobaan awal Mendel ia
menggunakan 1 sifat beda pada tumbuhan sebagai alat uju silang. Yang mana dalam
persilangan monohybrid didapat hasil anakan dengan rasio fenotip 3 : 1. Hali
ini dikarenakan gen-gen yang sealel memisah. Ini dikenal sebagai Hukum I Mendel
Pada manusia diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting heterozigot. Apabila mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya berambut lurus? Dengan hokum Mendel dapat dihitung bahwa kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai tiga anak dan semuanya berambut lurus, apakah ini berarti anak itu adalah hasil dari luar pernikahan? Tentu saja tidak, karna hokum Mendel hanya memberikan proporsi gen saja tetapi tidak menentukan alel apa yang terdapat dalam sel telur atau sel sperma yang kemudian menjadi keturunan tersebut di atas.Apakah hasil dari percobaan diatas mengungkapkan bahwa hukum Mendel tidak tepat? Tentu tidak karna jumlah keturunan manusia tidak terlalu banyak, sehingga faktor kebetulan dapat memegang peranan yang sangat penting. Hasil tersebut diatas akan sangan berlainan apabila kita mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip seperi contoh diatas sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang berambut lurus terhadap anak-anak yang berambut keriting dari keseratus pasangan sekaligus.Misalnya kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4 orang, dan ditemukan 95 orang anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5 orang berambut lurus sudah membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat? Dalam hal ini analisis statistikmerupaka salah satu alat yang tepat untuk menjawab permasalahan ini.
Pada manusia diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting heterozigot. Apabila mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya berambut lurus? Dengan hokum Mendel dapat dihitung bahwa kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai tiga anak dan semuanya berambut lurus, apakah ini berarti anak itu adalah hasil dari luar pernikahan? Tentu saja tidak, karna hokum Mendel hanya memberikan proporsi gen saja tetapi tidak menentukan alel apa yang terdapat dalam sel telur atau sel sperma yang kemudian menjadi keturunan tersebut di atas.Apakah hasil dari percobaan diatas mengungkapkan bahwa hukum Mendel tidak tepat? Tentu tidak karna jumlah keturunan manusia tidak terlalu banyak, sehingga faktor kebetulan dapat memegang peranan yang sangat penting. Hasil tersebut diatas akan sangan berlainan apabila kita mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip seperi contoh diatas sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang berambut lurus terhadap anak-anak yang berambut keriting dari keseratus pasangan sekaligus.Misalnya kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4 orang, dan ditemukan 95 orang anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5 orang berambut lurus sudah membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat? Dalam hal ini analisis statistikmerupaka salah satu alat yang tepat untuk menjawab permasalahan ini.
Dalam
suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada
penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih
bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan
itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan
genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae.
Peluang menyangut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji
Peluang menyangut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji
Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Keterangan
:
X2
= Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai
harapan
∑ = Sigma (
Jumlah dari nilai-nilai)
Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan denganh hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.
Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya peristiw alain.Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh benar mingimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas.
D.
ALAT
DAN BAHAN
Beberapa buah
tongkol jagung (Zea mays) dengan
variasi warna pada setiap biji jagungnya.
E.
CARA
KERJA
Ø
Mengamati dengan saksama buah tongkol jagung yang memiliki variasi warna
Ø
Menghitung banyaknya biji sesuai warnanya
Ø
Mengisi hasil perhitungan kedalam table
Ø
Melakukan pengujian Chi Kuadrat (X2)
Ø
Menentukan interaksi gen yang didapatkan
Ø
Hasil pengamatan dan pengujian berupa tabel serta % yang diperoleh
mendekati kebenaran atau tidak.
F.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel
1 interaksi gen pada jagung hasil kelompok
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu tua
|
172
|
12
|
kuning
|
46
|
3
|
hitam
|
17
|
1
|
Jumlah
|
235
|
16
|
Tabel
2 hasil kelompok 1
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
124
|
9
|
Hitam
|
26
|
3
|
Kuning
|
45
|
4
|
Jumlah
|
195
|
16
|
Table
3 hasil kelompok 2
Warna
|
Banyaknya
|
Ratio
yang diharapkan
|
Merah
|
20
|
1
|
Putih
|
301
|
15
|
Jumlah
|
321
|
16
|
Tabel
4 hasil kelompok 3
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
139
|
12
|
Hitam
|
50
|
3
|
Putih
|
20
|
1
|
Jumlah
|
209
|
16
|
Tabel
5 hasil kelompok 4
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
114
|
9
|
Putih
|
22
|
3
|
Hitam
|
24
|
4
|
Jumlah
|
160
|
16
|
Tabel
6 hasil kelompok 5
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Kuning
|
150
|
9
|
Ungu tua
|
89
|
3
|
Ungu muda
|
67
|
4
|
Jumlah
|
306
|
16
|
Tabel
7 hasil kelompok 6
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Kuning
|
119
|
12
|
Coklat
|
94
|
3
|
Ungu
|
57
|
1
|
Jumlah
|
270
|
16
|
Tabel
8 hasil kelompok 8
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
186
|
9
|
Putih
|
11
|
3
|
Hitam
|
13
|
4
|
Jumlah
|
210
|
16
|
Tabel
9 hasil kelompok 9
Warna
|
Banyaknya
|
Ratio
yang diharapkan
|
Kuning
|
199
|
9
|
Coklat
|
138
|
7
|
Jumlah
|
337
|
16
|
G.
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan pada tabel dapat dilihat suatu tanaman jagung menghasillkan
perbandingan warna biji yang berbeda yaitu ungu : hitam : kuning = 172 : 46 :
17, sedangkan rasio yang diharapkan adalah 12 : 3 :1 Untuk mengetahui apakah hasil pengamatan dapat
dianggap sesuai dengan rasio fenotip yang diharapkan maka dapat menggunakan metode chi kuadrat
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu tua
|
172
|
12
|
Kuning
|
46
|
3
|
Hitam
|
17
|
1
|
Jumlah
|
235
|
16
|
|
Ungu tua
|
Kuning
|
Hitam
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
172
|
46
|
17
|
235
|
Diramal (e)
|
176,2
|
44,0
|
14,7
|
|
Deviasi (d)
|
-3,25
|
2
|
2,25
|
|
d2
e
|
0,06
|
0,09
|
0,34
|
|
X2=Σ X2
= Σ (d2) =
e
|
0,49
|
|||
dk [2] =
|
0,70 dan 0,50
|
Angka 0,49 ini
tidak tercantum pada tabel X2, melainkan angka ini terletak antara
angka 0,71 dan 1,39. Sedangkan nilai kemungkinan terletak antara 0,70 dan 0,50.
Karena nilai kemungkinan terketak lebih besar dari atau sama
dengan 0,05, berarti data yang diperoleh dari percobaan dianggap masih baik
karena masih memenuhi perbandingan 12 : 3 : 1 yang merupakan modifikasi dari
rasio 1 : 3 : 3 : 1 menurut Hukum Mendel.
Tabel
hasil kelompok 1
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
124
|
9
|
Hitam
|
26
|
3
|
Kuning
|
45
|
4
|
Jumlah
|
195
|
16
|
|
Ungu
|
Hitam
|
Kuning
|
Jumlah
|
Diperoleh (o)
|
124
|
26
|
45
|
195
|
Diramal (e)
|
109
|
36
|
48
|
|
Deviasi (d)
|
15
|
-10
|
-3
|
|
d2
e
|
2
|
2,8
|
0,18
|
|
X2=Σ X2
= Σ (d2) =
e
|
4,98
|
|||
dk [2] =
|
0,10 dan 0,05
|
Angka 4,98 ini
tidak tercantum pada tabel X2, melainkan angka ini terletak antara
angka 4,61 dan 5,99. Sedangkan nilai
kemungkinan terletak antara 0,10 dan 0,05.
Karena nilai kemungkinan lebih besar dari atau sama dengan 0,05,
berarti data yang diperoleh dari percobaan dianggap masih baik karena masih
memenuhi perbandingan 9 : 3 : 4 yang merupakan modifikasi dari rasio 9 : 3 : 3
: 1 menurut Hukum Mendel.
Tabel
hasil kelompok 2
Warna
|
Banyaknya
|
Ratio
yang diharapkan
|
Merah
|
20
|
1
|
Putih
|
301
|
15
|
Jumlah
|
321
|
16
|
|
Merah
|
Putih
|
|
Jumlah
|
Diperoleh
(0)
|
20
|
301
|
|
321
|
Diramal
(e)
|
20
|
301
|
|
|
Deviasi
|
0
|
0
|
|
|
d2
e
|
|
|
|
|
X2
=∑ (d2) = 0
E
|
||||
K
[2] =
|
Tabel
hasil kelompok 3
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
139
|
12
|
Hitam
|
50
|
3
|
Putih
|
20
|
1
|
Jumlah
|
209
|
16
|
|
Ungu
|
Hitam
|
Putih
|
Jumlah
|
Diperoleh
(0)
|
139
|
50
|
20
|
209
|
Diramal
(e)
|
156,7
|
39,1
|
13,2
|
|
Deviasi
|
17,7
|
10,9
|
6,8
|
|
d2
e
|
1,9
|
3,03
|
3,5
|
|
X2
=∑ (d2) = 1,9 + 3,03 + 3,5
= 8,43
E
|
||||
K
[2] =0,01 dan 0,001
|
Angka 8,43 ini
tidak tercantum pada tabel X2, melainkan angka ini terletak antara
angka 9,21 dan 13,82 . Sedangkan nilai kemungkinan terletak antara 0,01 dan 0,001.
Karena nilai kemungkinan lebih besar 0,05, berarti data yang
diperoleh dari percobaan dianggap tidak baik.
Tabel hasil kelompok 4
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
114
|
9
|
Putih
|
22
|
3
|
Hitam
|
24
|
4
|
Jumlah
|
160
|
16
|
|
Ungu
|
Putih
|
Hitam
|
Jumlah
|
Diperoleh
(0)
|
114
|
22
|
24
|
160
|
Diramal
(e)
|
90
|
30
|
40
|
|
Deviasi
|
24
|
-8
|
-16
|
|
d2
e
|
6,4
|
2,13
|
6,4
|
|
X2
=∑ (d2) = 6,4 + 2,13 + 6,4
= 14,93
E
|
||||
K
[2] =
|
Angka 14,93 ini
tidak tercantum pada tabel klom tabel x2
hasil kemungkinan oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
dari kelompok
4
ini masih kurang baik.
Tabel
hasil kelompok 5
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Kuning
|
150
|
9
|
Ungu tua
|
89
|
3
|
Ungu muda
|
67
|
4
|
Jumlah
|
306
|
16
|
|
Kuning
|
Ungu tua
|
Ungu muda
|
Jumlah
|
Diperoleh
(0)
|
150
|
89
|
67
|
|
Diramal
(e)
|
173,8
|
76,5
|
57,3
|
|
Deviasi
|
-23,8
|
12,5
|
9,6
|
|
d2
e
|
3,25
|
2,04
|
1,61
|
|
X2
=∑ (d2) = 3,25 + 2,04 + 1,61
= 6,9
E
|
||||
K
[2] = 0,05 dan 0,01
|
Angka 6,9 ini
tidak tercantum pada tabel X2, melainkan angka ini terletak antara
angka 5,99 dan 9,21 . Sedangkan nilai
kemungkinan terletak antara 0,05 dan 0,01.
Karena nilai kemungkinan lebih besar atau sama dengan 0,05,
berarti data yang diperoleh dari percobaan dianggap baik
Table
kelompok 6
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Kuning
|
119
|
12
|
Coklat
|
94
|
3
|
Ungu
|
57
|
1
|
Jumlah
|
270
|
16
|
|
Kuning
|
Coklat
|
Ungu
|
Jumlah
|
Diperoleh
(0)
|
119
|
94
|
57
|
270
|
Diramal
(e)
|
202
|
51
|
17
|
|
Deviasi
|
-83
|
43
|
40
|
|
d2
e
|
34,1
|
36,2
|
94,1
|
|
X2
=∑ (d2) = 34,1 + 36,2 + 94,1
= 164,4
E
|
||||
K
[2] =
|
Angka 164,4 ini
tidak tercantum pada tabel klom tabel x2
hasil kemungkinan oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
dari kelompok
4
ini masih kurang baik.
Tabel
hasil kelompok 8
Warna Biji
|
Banyak Biji
|
Rasio Yang Diharapkan
|
Ungu
|
186
|
9
|
Putih
|
11
|
3
|
Hitam
|
13
|
4
|
Jumlah
|
210
|
16
|
|
Ungu
|
Putih
|
Hitam
|
Jumlah
|
Diperoleh
(0)
|
186
|
11
|
13
|
210
|
Diramal
(e)
|
118,1
|
39,3
|
52,4
|
|
Deviasi
|
67,9
|
-26,3
|
-42,4
|
|
d2
e
|
39,0
|
17,6
|
34,3
|
|
X2
=∑ (d2) = 39,0 + 17,6 + 34,4
= 91
E
|
||||
K
[2] =
|
Angka 91 ini
tidak tercantum pada tabel klom tabel x2
hasil kemungkinan oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
dari kelompok
4
ini masih kurang baik.
Tabel
hasil kelompok 9
Warna
|
Banyaknya
|
Ratio yang diharapkan
|
Kuning
|
199
|
9
|
Coklat
|
138
|
7
|
Jumlah
|
337
|
16
|
|
Kuning
|
Coklat
|
|
Jumlah
|
Diperoleh
(0)
|
199
|
138
|
|
337
|
Diramal
(e)
|
190
|
147
|
|
|
Deviasi
|
9
|
-9
|
|
|
d2
e
|
0,4
|
0,5
|
|
|
X2
=∑ (d2) = 0,4 + 0,5
= 0,9
E
|
||||
K
[2] = 0,99 dan 0,90
|
Angka 0,9 ini tidak tercantum pada tabel X2, melainkan angka ini terletak antara angka 0,02 dan 0,21 . Sedangkan nilai kemungkinan terletak antara 0,99 dan 0,90.
Karena nilai kemungkinan lebih besar atau sama dengan 0,05,
berarti data yang diperoleh dari percobaan dianggap baik
H.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mencari suatu hasil penyimpangan
maka haru menggunakan rumus Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O.E)2 : E
I.
JAWABAN
TUGAS
Soal!
1. Satu
tongkol jagung terdiri atas 213 biji kuning bernas, dan 312 biji kuning
keriput. Bagaimana genotip kedua induknya? Tunjukan dengan skema pola penurunan
gen.
2. Pada
epitasi dominan, persilangan dihibrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan 12 : 3 : 1. Tentukan genotip induk yang menghasilkan keturunan ini.
Jawab:
1.
2. Pada peristiwa epistasis dominan terjadi
penutupan ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang bukan alelnya. Nisbah
fenotipe pada generasi F2 dengan adanya epistasis dominan adalah 12
: 3 : 1. Peristiwa epistasis dominan dapat dilihat misalnya pada pewarisan
warna buah waluh besar (Cucurbita pepo).
Dalam hal ini terdapat gen Y yang menyebabkan buah berwarna kuning dan alelnya
y yang menyebabkan buah berwarna hijau. Selain itu, ada gen W yang menghalangi
pigmentasi dan w yang tidak menghalangi pigmentasi. Persilangan antara waluh putih (WWYY) dan
waluh hijau (wwyy) menghasilkan nisbah fenotipe generasi F2 sebagai
berikut.
P :
WWYY x wwyy
putih hijau
F1 : WwYy
Putih
F2 : 9 W-Y-
putih
3 W-yy
putih putih :
kuning : hijau =
3 wwY- kuning 12 :
3 : 1
1
wwyy hijau
DAFTAR PUSTAKA
Brown, T.A.. 1993. Genetics
A Molecular Approach. Department of Biochemistry And Applicd Molecular, Umist, Manchester:
United Kingdom.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta:
UGM Press.
Tjan, Kiauw Nio. 1995. Genetika Dasar (Diktat). Bandung:
penerbit ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar